Advertisement
E
ra Modern dewasa ini, mencari pemuda yang pintar sangatlah mudah, baik pintar dari sisi penguasaan terhadap ilmu maupun tingkat pendidikannya. Akan tetapi terasa begitu sulit untuk menemukan figur pemuda yang jujur. Padahal, sifat jujur adalah potensi yang baik bagi seseorang untuk bermuamalah. Seolah mengikuti perkembangan zaman yang kian hari makin parah, karakter muda-mudi pun ikut berubah. Tak masalah jika berubah ke arah positif, namun menjadi soal ketika terjerumus ke bentuk negatif. Bahkan, budaya "menghalalkan segala cara" seolah sudah dimaklumi.
Jujur!!!! |
Mencari orang jujur itu sulit, tetapi seringkali lebih sulit menerima sebuah kejujuran.
kebiasaan "bohong" telah menjamur dalam kehidupan setiap orang di negeri ini. Mulai dari kebohongan orang tua ketika hendak menenangkan anaknya yang menangis, lalu anak-anak yang belajar berbohong agar terhindar dari hukuman orang tua maupun gurunya, sampai pada acara-acara televisi yang menyajikan cerita-cerita penuh kedustaan. Parahnya lagi, pelajaran sejarah bagi anak-anak di tingkat sekolah dasar maupun sekolah menengah juga tidak terlepas dari distorsi atau penyimpangan sejarah. Alhasil, siapa yang disalahkan jika generasi sekarang ini tumbuh dan berkembang sebagai " generasi tukang bohong " dan "generasi tidak amanah?"
Bohong atau dusta adalah perbuatan yang sangat dibenci Allah dan rasul-Nya. Sungguh, sangat besar kemurkaan Allah terhadap orang-orang yang suka berbohong.
2. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (Ash-Shaaf {61}:2-3)
Kini kejujuran itu menjadi barang yang langka. Kejujuran dan sifat amanah seolah hilang, kecuali dimiliki hanya oleh segelintir orang saja. Saya teringat dengan sebuah kisah yang sudah masyhur dan mungkin Anda juga sudah pernah mendengarnya. Tidak ada salahnya jika saya sedikit bercerita tentang kisah tersebut supaya kita dapat memetik ibrah (pelajaran) dari kisah tersebut. . Sebuah kisah tentang pemuda yang jujur dan penuh tanggung jawab. Pemuda yang kini sudah sangat langka dan sulit ditemukan di masa sekarang. Izinkanlah saya cerita dengan bahasa dan redaksi saya sendiri. Insya Allah yang demikian tidak mengurangi kebenaran cerita tersebut.
Suatu ketika ada sebuah apel yang jatuh ke sungai, lalu ditemukan oleh seorang pemuda dan apel itu dimakannya. Setelah apel itu dimakan, sang pemuda merasa khawatir jika apel itu adalah apel yang haram sehingga ia berusaha mencari dari mana asal apel tersebut. Di susuri sungai yang telah menghanyutkan apel. Setelah usahanya yang luar biasa, pemuda itu menemukan pohon apel di tepi sungai. Tak jauh dari pohon tersebut ada sebuah rumah sederhana. Serta merta pemuda itu berpikiran mungkin saja penghuni rumah tersebut adalah pemilik pohon apel.
Sang pemuda mendekati rumah tersebut dan bertemu dengan tuan rumah. Pemuda itu kemudian bercerita perihal ia menemukan apel lalu memakannya. Ia merasa khawatir jika pemilik apel itu tidak ridha apelnya dimakan, berarti ia memakan apel dengan status haram. karenanya, sang pemuda meminta ridha dari tuan rumah atas apel yang telah dimakannya.
Tuan rumah merasa heran karena ada pemuda yang sejujur dia. Apel itu sudah jatuh ke sungai dan hanyut terbawa arus, tentu hal yang demikian sudah dimaklumi oleh pemilik pohon apel. Akan tetapi demi menguji kejujuran dan kesungguhan sang pemuda, pemilik pohon apel berkenan memberikan ridhanya jika sang pemuda berkenan melakukan perintahnya.
Pemuda itu pun menyanggupi syarat dari pemilik pohon apel. Syarat pertama pun segera diajukan bahwa sang pemuda harus bekerja kepada pemilik pohon apel selama sekian tahun. Dengan kemantapan, disanggupi syarat tersebut. Jadilah sang pemuda mengabdi kepada pemilik pohon apel. Sekian tahun bekerja, sang pemuda tidak pernah makan satupun apel yang ada di pohon maupun yang jatuh ke tanah. Ia berusaha menjaga dirinya dari sifat tidak amanah. Subhanallah.
Pemilik pohon apel merasa kagum dengan kejujurannya, lalu ia memanggilnya dan mengujinya sekali lagi. Ia berkata, "Aku akan memberikan ridha ku atas apel yang telah engkau makan dengan satu syarat lagi, yaitu engkau harus menikahi putriku. Perlu engkau ketahui, putriku adalah wanita yang bisu, tuli dan pincang. Apakah engkau bersedia?"
"Saya bersedia asal tuan sudi memberikan ridha atas apel yang telah saya makan." Demikian jawab sang pemuda dengan penuh kemantapan. Ia siap kalaupun harus menikah dengan seorang gadis yang buta, bisu, tuli dan pincang.
Benar, pernikahan itu pun akhirnya terwujud. Ketika sang pemuda memasuki kamar pengantinnya, ia terkejut karena di dalam kamarnya ada seorang wanita yang sangat cantik layaknya bidadari. Ia merasa bahwa wanita itu bukan istrinya karena setahu dirinya, ia dinikahkan dengan wanita yang buta, bisu, tuli dan pincang. bergegas ia keluar dari kamar dan menemui bapak mertuanya, lalu diceritakan apa yang telah terjadi.
Bapak mertuanya tersenyum mendengar pengakuan sang pemuda, lalu berkata, "Anakku, wanita yang telah engkau temui adalah istrimu. Matanya buta karena selama ini matanya tidak pernah melihat apa yang diharamkan oleh Allah. Mulutnya bisu karena selama ini ia tidak pernah mengucapkan perkataan yang diharamkan oleh Allah. Telinganya tuli karena selama ini ia tidak pernah mendengar sesuatu yang diharamkan oleh Allah. Dan ia pun pincang karena selama ini kakinya tidak pernah digunakan menuju tempat-tempat yang diharamkan oleh Allah. Dialah istrimu, maka temuilah dia.
Subhanallah, inilah buah dari ketulusan dan kejujuran. Tahukan Anda, siapakah gerangan pemuda itu? Ia bernama Tsabit. Setelah pernikahannyadengan putri pemilik pohon apel, ia dikaruniai seorang putra bernama Nu'man bin Tsabit atau lebih dikenal dengan Abu Hanifah , peletak dasar mazhab Hanafi. Dari dua pribadi yang mulia lahirlah keturunan yang mulia pula. Inilah salah satu contoh balasan yang nyata di dunia dari Allah terhadap orang-orang yang senantiasa berlaku jujur dan amanah. Bagaimana, apakah Anda tidak ingin menjadi pribadi yang jujur?
Referensi
Advertisement
Tag :
Inspiring